Selasa, 18 Juni 2013

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, wassholatu wassalamu ‘ala nabiyina Muhammad, wa’ala alihi wa’ashobihi ajma’in.
Jika kita perhatikan, tidak sedikit orang sekarang yang mengatakan, mengapa Allah tidak memberikan petunjuk kepada semua manusia, padahal Allah mampu melakukannya.
Jika Allah memang memang maha kaya, kenapa tidak semua orang dijadikan kaya sehingga tidak ada kemiskinan, kebodohan dan berbagai persoalan lainnya di muka bumi ini. Dan masih banyak pertanyaan serupa yang intinya meragukan kekuasaan dan keadilan Allah.
Maka, pertanyaan ini sebenarnya sudah dijawab oleh banyak ulama. Salah satunya adalah Syaikh bin Baz ketika beliau pernah ditanya, bagaimana tafsir ayat Allah yang berbunyi, Yaitu Surat Arraad Ayat 79 Sebagai berikut

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri?
Maka syaikh menjawab, ayat ini adalah ayat yang jelas, yang menunjukkan keadilan Allah dimana Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum kecuali dengan syarat.
Syaratnya adalah bahwa mereka harus meniti jalan kebaikan untuk perubahan kearah yang lebih baik, dan jika yang mereka lalui jalan kejelekan, maka perubahan pun kearah yang semakin jelek.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak pernah mendholimi hamba-Nya,

وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ       

Tidaklah Allah berlaku dholim kepada hamba-Nya
Allah akan membalas apapun yang dilakukan oleh manusia. Jika berbuat kebaikan ia akan mendapatkan kebaikan, jika berbuat kejelekan maka ia akan mendapatkan kejelekan pula.
Manusia saja yang terlalu sering lupa memaknai hidup ini. Mereka merasa diri paling berkuasa dan mampu melakukan segala sesuatu dengan kemampuan yang dimilikinya.
Mereka berdalih bahwa ketika menciptakan manusia, Tuhan telah memberikan kemampuan yang sama agar mereka mampu menemukan kebenaran. Tetapi hal ini kemudian dimaknai dengan berlepas dirinya mereka dari dalil-dalil Al-quran dan sunnah menuju dalil yang sekedar mengandalkan logika.
Bahkan tidak sedikit pula diantara manusia termakan dengan pemikiran para filsafat yang percaya bahwa eksistensi hanya bisa dirasakan dengan penglihatan dan rabaan. Karena Tuhan tidak bisa di lihat dan diraba maka hakikatnya Tuhan tidak ada sebagai refleksi dari perasaan takut saja. Na’udzubillah, kita berlindung kepada Allah dari pemikiran semacam ini.
Itulah manusia yang cenderung bersifat durhaka kepada Tuhannya. Meskipun punya potensi kebaikan dan keburukan, tetapi kebanyakan di antara mereka mengikuti jalan yang sesat dan menyesatkan orang lain.
Mereka adalah orang-orang yang terlalu bersuka cita ketika mendapatkan nikmat dan bersedih ketika nikmat tersebut diambil oleh Allah. Mereka lupa bahwa hakikat kehidupan ini sudah ditentukan semuanya oleh Allah.
Sungguh mereka adalah orang-orang yang lalai, tidak bersyukur dan berlebihan. Merekalah orang-orang yang akan mendapatkan siksa Allah sebagaimana firman-Nya,

وَلا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ

Dan janganlah kamu mengira bahwa Allah lalai dengan apa yang mereka orang-orang dholim lakukan, sesungguhnya diakhirkan kepada mereka pada suatu hari ketika mereka tidak bisa melihat.
Sebaliknya mereka yang mendapat musibah, melakukan suatu kemaksiatan, kemudian mereka bertaubat kepada Allah dengan penuh harap (taubatnya diterima) dan dia istikomah di atas ketaatan, maka Allah akan merubah keadaan mereka dari berbagai penderitaan dan kemiskinan kepada kenikmatan dan keindahan hidup karena perbuatan baik mereka dan taubatnya kepada Allah.
Dari dari hal ini jelas,

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Hal itu karena Allah tidak akan mengubah nikmat yang diberikannya kepada suatu kaum sampai mereka mengubah dengan dirinya sendiri.
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa jika kita berada dalam keadaan melakukan kebaikan, jauh dari kemaksiatan, bahkan berusaha untuk senantiasa berusaha untuk istiqomah dalam ketaatan, maka kita akan mendapatkan kebaikan yang tidak ada sesuatu yang lebih baik darinya yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa berubah menjadi lebih baik dalam menjalani setiap detik kehidupan kita dengan semakin memperbanyak amalan sholeh dan terjauhkan dari semua yang dilarang Allah, dan Marilah kita mulai hari ini menyadarkan diri kita, bahwa segala sesuatu memang tidak semudah dari yang kita fikirkan , namun juga tidak sesulit itu. Dengan ikhtiar dan tawakal mari kita jalani hidup ini dengan penuh kekhusuan mengharapkan ridha allah swt.

Tagged:

0 komentar:

Posting Komentar